Entri Populer

Friday, 30 October 2015

SYUKUR ,Cara NIKMAT Menambah NIKMAT








Syukur mencakup tiga sisi


  • :a. Syukur dengan hati, 

yaitu kepuasan batin atas anugerah.


  • b. Syukur dengan lidah, 

dengan mengakui anugerah dan memuji pemberinya.


  • c. Syukur dengan perbuatan, 

dengan memanfaatkan anugerah yang diperoleh sesuai dengan tujuan penganugerahannya.

Uraian Al-Quran tentang syukur mencakup sekian banyak aspek. Berikut akan dikemukakan sebagian di antaranya.

SYUKUR DENGAN HATI








Syukur dengan hati dilakukan dengan menyadari sepenuhnya bahwa nikmat yang diperoleh adalah semata-mata karena anugerah dan kemurahan Ilahi. Syukur dengan hati mengantar manusia untuk menerima anugerah dengan penuh kerelaan tanpa menggerutu dan keberatan betapapun kecilnya nikmat tersebut.

Syukur ini juga mengharuskan yang bersyukur menyadari betapa besar kemurahan, dan kasih sayang Ilahi sehingga terlontar dari lidahnya pujian kepada-Nya.

Qarun yang mengingkari keberhasilannya atas bantuan Ilahi, dan menegaskan bahwa itu diperolehnya semata-mata karena kemampuannya, dinilai oleh Al-Quran sebagai kafir atau tidak mensyukuri nikmat-Nya (Baca kisahnya dalam surat Al-Qashash (28): 76-82).

Seorang yang bersyukur dengan hatinya saat ditimpa malapetaka pun, boleh jadi dapat memuji Tuhan, bukan atas malapetaka itu, tetapi karena terbayang olehnya bahwa yang dialaminya pasti lebih kecil dari kemungkinan lain yang dapat terjadi.

Dari sini syukur –seperti makna yang dikemukakan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dikutip di atas– diartikan oleh orang yang bersyukur dengan “untung” (merasa lega, karena yang dialami lebih ringan dari yang dapat terjadi).

Dari kesadaran tentang makna-makna di atas, seseorang akan tersungkur sujud untuk menyatakan perasaan syukurnya kepada Allah.Sujud syukur adalah perwujudan dari kesyukuran dengan hati, yang dilakukan saat hati dan pikiran menyadari betapa besar nikmat yang dianugerahkan Allah. Bahkan sujud syukur dapat dilakukan saat melihat penderitaan orang lain dengan membandingkan keadaannya dengan keadaan orang yang sujud. (Tentu saja sujud tersebut tidak dilakukan di hadapan si penderita itu).

Sujud syukur dilakukan dengan meletakkan semua anggota sujud di lantai yakni dahi, kedua telapak tangan, kedua lutut dan kedua ujung jari kaki –seperti melakukan sujud dalam shalat. Hanya saja sujud syukur cukup dengan sekali sujud, bukan dua kali sebagaimana dalam shalat. Karena sujud itu bukan bagian dan shalat, maka mayoritas ulama berpendapat bahwa sujud sah walaupun dilakukan tanpa berwudhu, karena sujud dapat dilakukan sewaktu-waktu dan secara spontanitas. Namun tentunya akan sangat baik bila melakukan sujud disertai dengan wudhu.

 SYUKUR DENGAN LIDAH









Syukur dengan lidah adalah mengakui dengan ucapan bahwa sumber nikmat adalah Allah sambil memuji-Nya.

Al-Quran, seperti telah dikemukakan di atas, mengajarkan agar pujian kepada Allah disampaikan dengan redaksi “al-hamdulillah.”Hamd (pujian) disampaikan secara lisan kepada yang dipuji, walaupun ia tidak memberi apa pun baik kepada si pemuji maupun kepada yang lain.

Kata “al” pada “al-hamdulillah” oleh pakar-pakar bahasa disebut allil-istighraq, yakni mengandung arti “keseluruhan”. Sehingga kata “al-hamdu” yang ditujukan kepada Allah mengandung arti bahwa yang paling berhak menerima segala pujian adalah Allah Swt., bahkan seluruh pujian harus tertuju dan bermuara kepada-Nya.Jika kita mengembalikan segala puji kepada Allah, maka itu berarti pada saat Anda memuji seseorang karena kebaikan atau kecantikannya, maka pujian tersebut pada akhirnya harus dikembalikan kepada Allah SWT, sebab kecantikan dan kebaikan itu bersumber dari Allah.

Di sisi lain kalau pada akhirnya ada perbuatan atau ketetapan Tuhan yang mungkin oleh kacamata manusia dinilai “kurang baik”, maka harus disadari bahwa penilaian tersebut adalah akibat keterbatasan manusia dalam menetapkan tolak ukur penilaiannya. Dengan demikian pasti ada sesuatu yang luput dari jangkauan pandangannya sehingga penilaiannya menjadi demikian.

Walhasil, syukur dengan lidah adalah “al- hamdulillah” (segala puji bagi Allah).

SYUKUR DENGAN PERBUATAN










Nabi Daud a.s. beserta putranya Nabi Sulaiman a.s. memperoleh aneka nikmat yang tiada taranya. Kepada mereka sekeluarga Allah berpesan,

“Bekerjalah wahai keluarga Daud sebagai tanda syukur!” (QS. Saba [34]:13).

Yang dimaksud dengan bekerja adalah menggunakan nikmat yang diperoleh itu sesuai dengan tujuan penciptaan atau penganugerahannya . Ini berarti, setiap nikmat yang diperoleh menuntut penerimanya agar merenungkan tujuan dianugerahkannya nikmat tersebut oleh Allah.

Ambillah sebagai contoh lautan yang diciptakan oleh Allah SWT. Ditemukan dalam Al-Quran penjelasan tentang tujuan penciptaannya melalui firman-Nya:

“Dialah (Allah) yang menundukkan lautan (untuk kamu) agar kamu dapat memakan darinya daging (ikan) yang segar, dan (agar) kamu mengeluarkan dan lautan itu perhiasan yang kamu pakai, dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari karunia-Nya (selain yang telah disebut) semoga kamu bersyukur” (QS. An-Nahl [16]: 14).

Ayat ini menjelaskan tujuan penciptaan laut, sehingga mensyukuri nikmat laut, menuntut dari yang bersyukur untuk mencari ikan-ikannya, mutiara dan hiasan yang lain, serta menuntut pula untuk menciptakan kapal-kapal yang dapat mengarunginya, bahkan aneka pemanfaatan yang dicakup oleh kalimat “mencari karunia-Nya”.

Dalam konteks inilah terutama realisasi dan janji Allah,

“Apabila kamu bersyukur maka pasti akan Kutambah (nikmat-Ku)” (QS.Ibrahim [14]: 7)

Betapa anugerah Tuhan tidak akan bertambah, kalau setiap jengkal tanah yang terhampar di bumi, setiap hembusan angin yang bertiup di udara, setiap tetes hujan yang tercurah dan langit dipelihara dan dimanfaatkan oleh manusia?

Di sisi lain, lanjutan ayat di atas menjelaskan bahwa

“Kalau kamu kufur(tidak mensyukuri nikmat atau menutupinya tidak menampakkan nikmatnya yang masih terpendam di perut bumi, di dasar laut atau di angkasa), maka sesungguhnya siksa-Ku amat pedih.”

Suatu hal yang menarik untuk disimak dari redaksi ayat ini adalah kesyukuran dihadapkan dengan janji yang pasti lagi tegas dan bersumber dari-Nya langsung (QS. Ibrahim [14): 7)

Tetapi akibat kekufuran hanya isyarat tentang siksa; itu pun tidak ditegaskan bahwa ia pasti akan menimpa yang tidak bersyukur (QS. Ibrahim [14]: 7).

Siksa dimaksud antara lain adalah rasa lapar, cemas, dan takut.

“Allah telah membuat satu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezeki datang kepadanya melimpah ruah dari segenap penjuru, tetapi (penduduknya) kufur (tidakbersyukur atau tidak bekerja untuk menampakkan) nikmat-nikmat Allah (yang terpendam). Oleh karena itu, Allah menjadikan mereka mengenakan pakaian kelaparan dan ketakutan disebabkan oleh perbuatan (ulah) yang selalu mereka lakukan” (QS. An-Nahl [16]: 112).

Pengalaman pahit yang dilukiskan Allah ini, telah terjadi terhadap sekian banyak masyarakat bangsa, antara lain, kaum Saba –satu suku bangsa yang hidup di Yaman dan yang pernah dipimpin oleh seorang Ratu yang amat bijaksana, yaitu Ratu Balqis Surat Saba (34): 15-19 menguraikan kisah mereka, yakni satu masyarakat yang terjalin persatuan dan kesatuannya, melimpah ruah rezekinya dan subur tanahairnya.

Negeri merekalah yang dilukiskan oleh Al-Quran dengan baldatun thayyibatun wa Rabbun Ghafur.

Mereka pulalah yang diperintah dalam ayat-ayat tersebut untuk bersyukur, tetapi mereka berpaling dan enggan sehingga akhirnya mereka berserak-serakkan, tanahnya berubah menjadi gersang, komunikasi dan transportasi antar-kota-kotanya yang tadinya lancar menjadi terputus, yang tinggal hanya kenangan dan buah bibir orang saja.

Demikian uraian Al-Quran. Dalam konteks keadaan mereka, Allah berfirman,

Demikianlah Kami memberi balasan kepada mereka disebabkan kekufuran (keengganan bersyukur) mereka. Kami tidak menjatuhkan siksa yang demikian kecuali kepada orang-orang yang kufur(QS. Saba [34]: 17).

Itulah sebagian makna firman Allah yang sangat populer:

“Jika kamu bersyukur pasti akan Kutambah (nikmat-Ku) untukmu, dan bila kamu kufur, maka sesungguhnya siksa-Ku amat pedih” (QS. Ibrahim [14]: 7).


















Monday, 26 October 2015

Para Makhluk TERKUTUK Yang MENDUSTAKAN ALLAH





Orang Terkutuk Karena Ucapan


Hati hatilah jika berbicara, jangan pernah meremehkan Tuhan dengan ucapan kita.
Apalagi ucapan demi Tuhan dengan sembarangan , mau percaya atau tidak itu adalah hak semua orang, namun bagaimana kalau sahabat membaca artikel kali ini :


John Lennon (Penyanyi)

Saat interview dengan American Magazine,ia berkata,"Agama akan berakhir dan hilang. Saya tidak perlu menjelaskannya.Tuhan sih OK, namun pengajaranNya terlalu sederhana. Hari ini kami jauh lebih tenar dariNya." (1966).

Setelah mengatakan itu, John tewas ditembak penggemarnya.


Tancredo Neves (Presiden Brazil)

Selagi kampanye, ia berkata bila mendapat 500.000 suara dari anggota partainya, maka tidak ada yg dapat mendepaknya dari posisi presiden, BAHKAN TUHAN SENDIRI.

Akhirnya, ia mendapat lebih dari 500.000 suara, tapi SEHARI sebelum peresmian jabatannya, ia sakit dan mati.


Cazuza (Artis Brazil)

Dalam penampilannya di Rio de Janeiro, sambil menghisap cerutu, ia mengebulkan asapnya ke udara sambil berkata,"Tuhan, ini untukMu." 

Pada umur 32, ia meninggal karena kanker paru2 dalam kondisi yg mengerikan.


Marilyn Monroe (Artis USA)

Dikunjungi Billy Graham setelah memimpin sebuah KKR, yang mengatakan bahwa Roh Allah mengirimnya untuk menyampaikan sesuatu.
Setelah mendengarkan apa yg disampaikan Billy Graham, ia berkata,"Maaf, aku tidak memerlukan Tuhan mu." 

Seminggu kemudian Marilyn ditemukan tewas di apartemennya.


Bon Scott (Ex vokalis AC/DC)
Dalam salah satu lagu di albumnya (1979), ia mengatakan "Jangan hentikan aku. Aku sedang asyik berjalan ke neraka." 


Pd 19 Februari 1980, Bon ditemukan tewas krn TERSEDAK oleh MUNTAHNYA sendiri.


Campinas (2005)
Sekelompok anak muda yang mabuk menjemput seorang gadis, teman mereka, yg ditemani ibunya hingga masuk ke mobil. Karena sangat kuatir, sang ibu berkata,"Tuhan besertamu, putriku." Putrinya menjawab,"BOLEH SAJA ASALKAN IA DUDUK DI BAGASI, karena disini sudah penuh!"

Beberapa jam kemudian dikabarkan mobil tersebut mengalami kecelakaan fatal. Rusak parah dan bentuknya tak dapat dikenali lagi.

Anehnya, BAGASINYA TETAP UTUH, bahkan ternyata sekotak telur didalamnya tak ada SATUPUN YANG PECAH !

Sunday, 25 October 2015

Mendustakan Ayat Ayat Allah ( bag1 )




Janganlah mendustakan ayat-ayat Allah


Sesungguhnya Al Qur'an telah tersebar kemana2, diseluruh penjuru ...Banyak sekali manusia yg mempelajarinya ...Ada yang beriman, ada yang tidak ...Ada yg mempelajari Al Qur'an, kemudian ia malah mendustakannya, dan malah mengikuti bujukan syaitan ...

Lebih mengutamakan harta dunia yg rendah ...Ia menginginkan jalan Allah yg lurus itu supaya menjadi bengkok ...Padahal, andaikan ia mau mempelajari Al Qur'an dan mengimaninya  ... Maka Allah akan meninggikan derajatnya dengan ayat-ayat itu ...Akan tetapi ia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah ...

Mengolok2 Al Qur'an dan membolak-balikkan isi dan maknanya, dng harapan manusia lainnya bisa tersesat, seperti dirinya sendiri ...

Maka perumpamaan orang seperti itu adalah seperti anjing ...Jika kita menghalaunya maka dijulurkannya lidahnya ...Dan jika kita membiarkannya dia juga menjulurkan lidahnya ...Demikianlah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah ...

Maka ceritakanlah kepada mereka, agar mereka mau berfikir ...Amatlah buruk perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah...Mereka tidak menzholimi Allah dan orang2 yg beriman, melainkan kepada diri mereka sendirilah mereka berbuat zalim ...

QS 7. Al A'raaf:175-17

وَٱتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ٱلَّذِىۤ ءاتَيْنَـٰهُ ءَايَـٰتِنَا فَٱنْسَلَخَ مِنْهَا فَأَتْبَعَهُ ٱلشَّيْطَـٰنُ فَكَانَ مِنَ ٱلْغَاوِينَوَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَـٰهُ بِهَا وَلَـٰكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى ٱلأَْرْضِ وَٱتَّبَعَ هَوَاهُ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ ٱلْكَلْبِ إِن تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَث ذَٰلِكَ مَثَلُ ٱلْقَوْمِ ٱلَّذِينَ كَذَّبُواْ بِـثَايَـٰتِنَا فَٱقْصُصِٱلْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَسَآءَ مَثَلاً ٱلْقَوْمُ ٱلَّذِينَ كَذَّبُواْ بِـَايَـٰتِنَا وَأَنفُسَهُمْ كَانُواْ يَظْلِمُونَ"

Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab), kemudian dia melepaskan diri dari pada ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh syaitan (sampai diatergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat. ""Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yangmendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisahitu agar mereka berfikir.

""Amat buruklah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kamidan kepada diri mereka sendirilah mereka berbuat zalim. "

Maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). demikian Itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami. Maka Ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir. (QS. Al A’raf :176 )

Di antara kandungan Al Qur’an adalah berisi perumpamaan agar memudahkan untuk di ambil pelajaran. Dan perumpamaan yang di buat Allah dalam Al Qur’an adalah sebaik-baik perumpamaan . Allah tidak pernah malu untuk membuat perumpamaan dengan apa pun. Di antaranya Allah membuat gambaran orang berilmu yang tamak akan kehidupan duniawi dengan seekor binatang yang hina yaitu anjing.

Orang yang diberi karunia ilmu oleh Allah namun ia tidak mau mengamalkannya dan lebih suka mengikuti hawa nafsunya, lebih memilih kemurkaan Allah daripada ridhaNya, dan lebih mendahulukan dunia daripada akhirat diserupakan dengan anjing.

Anjing adalah hewan yang hina dan pantas untuk dihinakan. Dia adalah hewan yang suka dengan hal-hal hina, kotor dan berbau busuk. Barang-barang seperti ini lebih ia sukai daripada daging yang bersih. Jika ada satu bangkai, maka itu cukup untuk seratus ekor anjing.Diantara gambaran kerakusan binatang anjing:

Ia tidak berjalan melainkan merunduk ke tanah sambil mengendus-endus benda apa saja yang ada di sekitarnya. Bahkan anusnya sendiri turut di endusnya juga. Jika dilempar dengan sekepal batu di dekatnya, maka ia akan menghampirinya dikarenakan kerakusannya yang melampaui batas.Yang lebih mengherankan lagi, jika anjing melihat sesuatu yang sudah usang, atau kain yang kumal, maka ia akan menggonggong sambil mengeluarkan taringnya untuk menggigit barang tersebut. Kemudian ia menghampirinya seakan-akan barang kotor tersebut akan menjadi sekutu baginya dan menantang kekuatannya. Dan apabila ia mendapati barang yang bersih, kain yang harum, ia meletakkan moncongnya ke tanah, tunduk dihadapannya dan tidak berani mengangkat kepala.

Demikianlah Allah menggambarkan seorang berilmu yang lebih mementingkan dunia daripada akhirat.Keadaan yang Allah sebutkan merupakan salah satu gambaran dari berpalingnya hamba Allah atas ayat-ayat Nya dan bentuk perilaku mengikuti hawa nafsu.

Hal ini terjadi karena kerakusan yang besar dan ambisi yang berlebihan seseorang akan dunia. Dia rakus kepada dunia sebagaimana rakusnya seekor anjing yang tak pernah putus.

Menurut Ibnu Juraij, anjing tidak memiliki kalbu dan perasaan. Jika dibiarkan, anjing akan menjulurkan lidahnya. Dan apabila engkau menghalaunya, ia juga tetap menjulurkan lidahnya. Ia bagaikan orang yang meninggalkan petunjuk dikarenakan ia tidak memiliki kalbu disebabkan kalbunya terputus.

Maksud dari kalbunya terputus adalah dia tidak memiliki kalbu yang bisa mendorongnya untuk bersabar dan meninggalkan kebiasaannya menjulurkan lidah.

Begitulah keadaan orang yang berpaling dari ayat-ayat Allah SWT. Ia tidak memiliki hati hingga tidak dapat bersabar dan selalu merasa haus akan materi duniawi. Orang yang berlepas diri dari ayat-ayat Allah akan selalu menjulurkan lidahnya kepada dunia karena tidak sabar dalam menghadapinya, dan anjing selalu menjulurkan lidah karena tidak sabar dalam menghadapi air. Jika ia haus, air embun pun ia hirup karena hausnya. Dan anjing adalah binatag yanag paling rakus dalam keadaan apapun.

Begitulah perumpamaan tentang kerakusan yang tak terbendung dan syahwat yang selalu menghangat dalam diri seekor anjing yang mengharuskan ia untuk selalu menjulurkan lidannya. Jika engkau menghardiknya dengan peringatan dan nasihat, maka ia akan menjulurkan lidah. Jika engkau membiarkannya, ia pun tetap menjulurkan lidah.Menurut Mujahid, begitulah perumpamaan orang yang diberi Al Kitab namun tidak mengamalkannya.

Sedangkan menurut Ibnu Abbas, jika engkau membebankan al hikmah kepadanya, maka ia tidak mau memikulnya, dan jika engkau membiarkannya, ia tidak tertuntun dalam kebaikan. Keadan ini mirip dengan anjing, Jika ia disodori makanan, dia menjulurkan lidah, dan jika di usir diapun juga menjulurkan lidah.

Menurut Al Hasan,itu adalah gambaran orang munafiq yang tidak memiliki keteguhan hati pada kebenaran, baik diseru atau tidak diseru, diperingatkan atau tidak diperingatkan, ia akan selalu menjulurkan lidahnya.

Allah menjadikan anjing sebagai perumpamaan bagi orang-orang yang mendustakan ayat-ayatNya.

Dalam firman Allah yang lain disebutkan

“jika engkau memberinya peringatan, maka ia tetap dalam keadaan tersebut, dan jika engkau membiarkannya, dia juga tetap sesat. Keadaan ini seperti anjing, yang apabila engkau menghalaunya, maka dia menjulurkan lidahnya dan apabila engkau jika engkau membiarkannya ia juga akan tetap menjulurkan lidahnya.”

Ayat lain yang serupa dengan makna ayat di atas adalah firman Allah

“dan, jika kamu sekalian (hai orang-orang musyrik) menyerunya (berhala) untuk memberi petunjuk kepada kalian, tidaklah berhala itu dapat memperkenankan seran kalian, sama saja (hasilnya) buat kalian menyeru mereka ataupun kalian berdiam diri”(QS. Al A’raf : 193)

Faidah yang terkandung dari ayat ini diantaranya adalah:


  • 1.Allah mengabarkan bahwa Dialah yang memberikan ayat-ayat Nya kepada yang Ia kehendaki.


Ini merupakan suatu nikmat yang agung, bahkan Allah mengaitkan nikmat itu kepada diriNya.


  • 2.Orang yang digambarkan dalam ayat tersebut adalah dampak dari godaan setan. 


Pada awalnya ia menjaga ayat-ayat Allah, namun lama kelamaan ia termakan dalam godaan setan dan menjadi orang yang sesat, yang amalannya berlainan dengan ilmunya sebagaimana yang dilakukan oleh ulama’su’.


  • 3.Tingkat ketinggian derajat di sisiNya bukan hanya sekedar dengan ilmu,Akan tetapi harus di ikuti dengan amalan.


Sebab ilmu apabila tidak disertai dengan amalan, ia tidak dapat memberi manfaat sama sekali.

Demikian Allah memberikan perumpamaan sekaligus ancaman bagi orang yang rakus terhadap dunia padahal ilmu telah ada padanya. Selayaknya bagi orang yang telah di anugerahi ilmu adalah selalu megiringinya dengan amalan dan selalu menjadikan ridho Allah sebagai orientasi utama. Dalam sebuah atsar disebutkan bahwasanya yang dinamakan orang alim sejatinya adalah orang yang takut kepada Allah SWT.Wallahu a’lam..